Ikhlas. (Baca: Ikhlas dengan titik)

Setiap harinya banyak sekali fenomena yang diberikan Tuhan kepada kita. Ada yang mengesankan, ada juga yang memperburuk lengkung senyuman. Ya.. semua diskenariokan agar kita belajar lebih memahami apa arti kehidupan ini. Terkadang manusia tidak menyadari bahwa disetiap detik yang Dia ciptakan, tujuannya adalah agar kita mengambil pelajaran didalamnya.

Pernah mungkin dari kita semua mengalami cobaan hidup yang begitu pilu. Kita telah berusaha semaksimal mungkin dengan penuh perjuangan, dengan penuh keringat yang basahi tubuh, tapi hasil dari semua itu serasa percuma. Serasa hidup ini tak adil. Telah berjuang, tapi hasilnya melumpuhkan. Sakit. Sungguh begitu sakit bagi jiwa yang telah lelah.

Terkadang kita juga protes pada Tuhan, kenapa perjuangan yang begitu heroik tak diselimuti dengan kemenangan yang menggembirakan. Sudahi… sudahi pikiran yang merusak hubungan kita pada Tuhan. Sungguh Tuhan kita itu adalah Tuhan yang tak akan pernah tega menyaksikan hamba-hamba yang melibatkan-Nya terluka begitu saja.

Dari semua ilmu perjuangan itu, ada satu ilmu yang kita lupakan. Ihklas. Ya…ilmu yang sangat sulit tuk diterapkan. Masalahnya hubungannya ialah antara hati dan pikiran. Hati siapa yang bisa dikeluarkan, lalu dicuci sejenak, agar luput semua kotoran-kotoran yang membuat pilu itu. Dan pikiran mana yang mudah dibenamkan emosinya saat perjuangan tak menemui kemenangan.

Sulit memang, tapi juga tak sesulit itu. Modal utama ihklas itu adalah kepercayaan. Iman. Hanya itu.

Sedari dulu kita tak pernah melihat Tuhan, tapi kita percaya keberadaanya, bukan?

Sedari dulu pula kita tak pernah berjumpah para nabi, tapi kita percaya keberadaanya, bukan?

Artinya sudah sedari dulu kita terdidik untuk percaya suatu kebenaran sekalipun kita belum berjumpa pada yang membawa kebenaran.

Kalau begitu, berarti kita harus percaya bahwa Tuhan dan penduduk langit-Nya senantiasa mengawasi, melihat hamba-hamba-Nya yang penuh dengan kegigihan dalam berjuang. Berarti kita harus percaya bahwa setiap kesulitan akan ada kemudahan. Setiap kegagalan, akan diiringi dengan kemenangan. Percayai itu…sepercaya kita pada keberadaan Tuhan dan penduduk langit-Nya meskipun kita belum berjumpa.

Lalu ikhlaskanlah kegagalan itu. Karna kita percaya bahwa Allah akan menggantikannya lebih besar dari apa yang kita harapkan. Kalau kegagalan itu kau artikan saat gagal mendapat pekerjaan, percayalah bahwa bagi Tuhan pekerjaan itu sangat kecil bagi jiwa besar seperti mu. Kalau kegagalan itu kau artikan saat gagal mendapatkan cinta kekasih yang kau harapkan. Percayalah bahwa bagi Tuhan orang itu begitu rendah bagi jiwa yang mulia sepertimu.

Mari kita sama-sama simpulkan tulisan ini. Ada yang lebih besar dari setelah perjuangan. Dan itu mengihklaskan hasilnya. Ada yang lebih tinggi dari sekedar “cinta”. Dan itu mengihklaskannya pergi dari kehidupan kita.

Katakanlah: Tuhan, buat aku ikhlas dengan titik, mengikhlaskan apapun tanpa ada keluhan lagi. Baik itu tentang perjuanganku, maupun tentang kisah cintaku. Sungguh aku akan terus percaya bahwa Kau tak akan rela melihat rupa yang murung sedang ia melibatkan-Mu dalam proses perjuangannya…

Semoga bermanfaat…

(@orirabowo)

6 thoughts on “Ikhlas. (Baca: Ikhlas dengan titik)

  1. “ikhlas itu emang sulit, tapi ngga sesulit itu juga kok”. 🙂 hehee,, itu yg sering muncul dipikiran kalo lgi agak susah nerima suatu hal yg mengecewakan… 🙂

Leave a comment